Senin, 16 April 2012

Model-model pembelajaran Kimia

Diklat Fasilitator Guru Kimia Tingkat Mahir yang diadakan pada tanggal 4 – 13 Maret 2010 di Kampus Pusdiklat Kementerian Agama Ciputat diikuti 35 orang peserta utusan Kanwil Kementerian agama seluruh Indonesia.

Sebenarnya materi inti yang didapat peserta dari pelatihan ini cukup banyak, seperti Stoikiometri, redoks dan elektrokimia, senyawa karbon dan makromolekul, termokimia, kinetika dan kesetimbangan kimia, system periodik dan ikatakan kimia. Bahkan ditambah materi analisis penialian dan analisis kesulitan implementasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) serta model – model pengembangan pembelajaran kimia yang efektif.

Banyak guru yang menguasai materi kimia secara ekspert (ahli di bidangnya), namun masih banyak yang belum bisa bagaimana menyampaikan (mengajarkan) materi tersebut kepada siswa secara efektif dan efesien. Salah satu upaya agar pemeblajaran dapat berjalan efektif, maka diperlukan pendekatan-pendekatan yang tepat sehingga siswa dapat belajar dengan tuntas dan bermakna.

Pendekatan merupakan bagian dari strategi dan metode guru dalam melakukan pembelajaran agar siswa dapat belajar lebih mandiri. Kenapa demikian karena strategi menurut Drs. Sukro makmun, M.Si yang menjadi narasumber pada mmata diklat ini mengatakan bahwa “pengalaman belajar atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan atau guru untuk mencapai kompetensi yang telah ditargetkan”. Lebih jauh dikatakan bahwa agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan terukur diperlukan metode pembelajaran. Menurut Sukron metode merupakan “cara atau prosedur yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif”.

Selanjutnya dikatakan bahwa Pendekatan terbagi atas Direct Teaching (pesan-pesan pembelajaran disampaikan secara langsung oleh guru kepada siswa) dan Indirect Teaching (Siswa memperoleh pesan-pesan pembelajaran, tetapi tidak secara langsung didapat dari guru , melainkan melalui suatu proses yang dilakukan sendiri oleh siswa.

Dengan Indirect Teaching yang aktif adalah guru (teacher active teaching) karena menggunakan metode ceramah. Sedangkan dengan Indirect Teaching yang aktif adalah siswa (student active learning) karena cendrung menggunakan metode Metode tanya jawab, eksperimen, tugas, diskusi dll.

Model pembelajaran Indirect Teaching:
Siswa aktif belajar (melakukan) --> learning by doing --> student active learning -->CBSA membaca, mengamati, menghitung, mengukur, mengerjakan tugas, latihan, bertanya, berdiskusi, meneliti, meramalkan, menyimpulkan, melaporkan, melakukan percobaan, studi kasus, survey dll, 2. Guru sebagai fasilitator, motivator menyediakan alat, menyiapkan lembar kerja, mengembangkan format observasi, mengembangkan pedoman wawancara, membuat prosedur atau langkah-langkah kerja, membuat aturan main, mengorganisir kegiatan, memberi umpan balik, memberi penguatan dll, 3. Variasi dalam sumber belajar buku, majalah, surat kabar, nara sumber, museum, rumah sakit, kantor pos, pusat industri, kebun binatang, hutan, laut, perusahaan, kantor pemerintah dll, 4. Proses sama pentingnya dengan hasil. Target pembelajaran bukan semata-mata siswa menguasai informasi atau konsep, tetapi juga menguasai cara atau proses untuk memperoleh informasi/konsep tersebut. Jadi inilah yang dikenal dengan istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) yang berbasis Contekstual Learning (CTL).
Model – model pembelajaran kimia yang dapat digunakan ketika pemebelajaran berlangsung adalah :
  1. Model Pembelajaran Konstruktivis. Model ini dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pembentukan reaksi kimia, ikatan kimia, system periodik, reaksi pembatas dll.
  2. Model STM (Sains-Teknologi-Masyarakat). Model ini adalah dengan menggabungkan konsep kimia dengan realitas yang ada di lingkugan masyarakat, seperti pentingnya mangatasi pencemaran lingkungan. Dimasyarakat banyak yang terkait tentang hal ini. Misalnya lingkungan bersih bernilai mulia disisi agama, menjaga kebersihan menggambarkan prilaku yang baik. Dari sisi ekonomi lingkungan bersih tidak banyak menimbulkan biaya pemeliharaan alias hemat dll.
  3. Model Pembelajaran Kooperatif. Model ini siswa dapat melakukan diskusi untuk menemukan indicator alam, setelah melakukan percobaan secara berkelompok dengan berbagai bahan alam.
  4. Model Pembelajaran Inquiri. Para siswa bisa menguji air sadah dan bukan sadah dan bagaimana cara menghilngkan dari kesadahan dengan melakukan praktikum.
  5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning). Guru memberikan masalah, misalnya diberikana beberapa larutan tanpa label, siswa dapat mengidentifikasi larutan yang bersifat asam, basa dan garam.
  6. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Dengan langkah sebagai berikut : 1). Temukan --> satu “hot spot” (pusat perhatian), 2). Observasi --> pengamatan/identifikasi data/info tentang hot spot, 3). Diskusi --> questioning, discussing, sharing, 4). Hasil --> hasil diskusi/pemecahan soal, 5.Laporanà sajian laporan (hasil) : lisan dan atau tertulis, 6.Display --> laporan dapat berupa poster, artikel, gambar, dll -->Hasil kelompok.
  1. Model Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi. Sebenarya model ini sangat mudah digunakan bila guru sudah menguasai ICT (Information Teknology dan Comunikation). Dalam bahasa sedehanya adalah pembelajara menggunakan media computer. Hal ini dapat membantu guru dalam menjelaskan materi seperti reaksi inti lewat animasi, kecepatan reaksi, reaksi-reaksi uji nyala, reaksi laruatan-larutan pekat dan lain-lain. Apalagi sekarang sudah banyak animasi-animasi yang tersedia. Guru dapat dengan mudah menggunakannya dalam pembelajaran.

Sebenarnya masih menurut Sukro, bahwa model pendekatan Kooperatif banyak jenisnya. Guru tinggal memilih model-mana yang paling pas untuk membahas suatu topik. Misalnya model cooperative script (siswa berpasangan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru),student teams-achievement divisions (stad) (siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah 3 – 5 orang), jigsaw (model tim ahli). model pembelajaran yang lain yang perlu diketahui oleh para guru adalah TGT (team games tournament). 4 langkah dalam TGT adaalah : (a) identifikasi masalah, (b) pembahasan masalah dalam kelompok, (c) presentasi hasil bahasan kelompok (turnamen) dan, (d) penguatan guru model ini sangat cocok digunakan untuk pembelajaran Remedial Teaching. (Bhr)
=========================================
* Tulisan ini telah dimuat pada Diklat News Edisi 1 Tahun 2010, penulis adalah Baharudin, seorang widyaiswara pada Pusdiklat Kementrian Agama

oleh : Rajib Pramono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar