I. AGROINDUSTRI SINGKONG SEBAGAI SOLUSI
Indonesia sebagai negara agraris seharusnya dapat memanfaatkan momentum saat ini untuk mulai menggalakkan lagi sektor industri pertaniannya mengingat tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan lahan yang sangat besar serta didukung pula oleh ektor tenag kerja yang melimpah.
UNIDO (UN Industrial Development Organization) sudah sejak awal tahun 1980-an menerbitkan beberapa laporan tentang potensi singkong atau ubi kayu atau manioc, terutama di negara berkembang seperti di Indonesia yang memiliki lahan luas dan subur karena permintaan pasar produk singkong tersebut dalam berbagai bentuk, mulai dari bahan mentah, gaplek, tepung gaplek, tepung tapioka dan tentu saja sebagai bahan baku ethanol sangat tinggi
Singkong cukup potensial untuk dikembangkan karena singkong merupakan tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani dan dapat ditanam dengan mudah. Singkong juga merupakan tanaman yang sangat fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Lahan untuk tanaman singkong tidak harus khusus, dan tidak memerlukan penggarapan intensif seperti halnya untuk tanaman hortikultura lainnya, misal sayuran.
Ada lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa ditanam dan dikonsumsi rakyat Indonesia. Dibandingkan dengan padi, membudidayakan umbi-umbian itu jauh lebih mudah dan murah. Sebagai contoh, menanam ubi kayu secara intensif membutuhkan biaya hanya sepertiga dari biaya budidaya padi. Di sisi lain, kandungan karbohidrat umbi-umbian juga setara dengan beras.
Umbi-umbian itu kemudian dapat diproses menjadi tepung. Dalam bentuk tepung, umbi-umbian dapat difortifikasi dengan berbagai zat gizi yang diinginkan. Bentuk tepung juga mempermudah dan memperlama penyimpanan hingga dapat tahan berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Selain itu, dalam bentuk tepung akan mempermudah pengguna mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan siap saji dan menyesuaikannya dengan selera yang disukai.
Teknologi pengolahan umbi-umbian menjadi tepung sangat sederhana dan murah. Dengan teknologi itu, usaha skala kecil-menengah mampu menghasilkan tepung dengan kualitas yang tidak kalah bagus dibandingkan tepung terigu yang diproduksi perusahaan besar
KADAR NUTRISI
Kandungan Nutrisi pada Ubi Kayu ( per 100 gram )
Kalori 146 kal
Air 62,5 gram
Phosphor 40 mg
Karbohidrat 34 gram
Kalsium 33 mg
Vitamin C 30 mg
Protein 1,2 gram
Besi 0,7 mg
Lemak 0,3 gram
Vitamin B1 0,06 mg
Berat dapat dimakan 75 gram
FLEKSIBILITAS HASIL PRODUK DAN KEMUDAHAN TEKNOLOGI PRODUKSI
Berdasarkan pada hasil survey dan analisa pasar, kebutuhan berbagai jenis industri yang memanfaatkan singkong sebagai bahan baku sangat besar karena singkong dapat menghasilkan hingga 14 macam produk turunan yang digunakan oleh industri makanan, industri farmasi, industri kimia, industri bahan bangungan, industri kertas dan Industri biofuel, sedangkan dari segi teknologi pemanfaatan singkong sebagai bahan pangan ataupun sebagai bahan bakar bukanlah sebuah teknologi baru apalagi teknologi yang tidak terjangkau bagi bangsa kita.
Teknik pengolahan singkong yang sangat sederhana bahkan sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita, bahkan untuk pengolahan ethanol telah terbukti dengan adanya berbagai makanan dan minuman khas seperti Brem, Tuak, Arak dan berbagai macam olahan yang mengandung alkohol pada minuman tersebut sebagai hasil dari proses fermentasi dan atau destilasi
SINGKONG SEBAGAI RAW MATERIAL KEBUTUHAN INDUSTRI
Sebagai Raw Material ( Bahan Mentah ) singkong dibutuhkan oleh berbagai industri, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri dengan tujuan eksport Uni Eropa, Jepang, Korea, China dan Amerika Serikat.Misalnya untuk Industri pengolahan Tepung tapioca dan produk turunannya yang disebut POLYOL, termasuk SORBITOL, MALTITOL, DEXTROSE MONOHYDRATE, MALTOSE SYRUP, SORBITOL BUBUK DAN MALTODEXTRINE.
Produk ini banyak digunakan dalam industri produk konsumen dan farmasi di seluruh dunia sebagai bahan baku utama pembuatan pasta gigi, produk kosmetik, vitamin C dan produk makanan.
1. Sorbitol, adalah monosaccharide polyhydric alcohol dan hexitol yang banyak digunakan pada produk kosmetik, pasta gigi, peralatan mandi, produk farmasi, vitamin C, bahan makanan dan minuman, dan juga digunakan dalam beberapa industri bahan kimia.
Kegunaan Sorbitol pada Beberapa Produk
Toothpaste 45%
Vitamin C 20%
Food & Beverages 15%
Pharmacy 5%
Chemical Industry 5%
Others 10%
2. Sorbitol Syrup, adalah gula rendah kalori yang memiliki rasa dingin dan manis, dan digunakan sebagai humectant.
3. Sorbitol Bubuk, dihasilkan dari proses kristalisasi dan tingkat kemurniannya sangat tinggi (lebih dari 99.5%). Dibandingkan dengan pemanis lain, Sorbitol bubuk memiliki efek pendingin, dan banyak digunakan dalam pembuatan permen karet.
4. Glucose Syrup, hasil hidrolis tepung yang terdiri dari unsure dextrose, dextrin, maltose dan air. Berasa manis dan berbentuk cairan kental berwarna bening kekuningan. Jika dicampur dengan air dapat digunakan dalam pembuatan gula-gula.
5. Maltodextrine, dihasilkan dari proses hidrolis parsial tepung dengan enzim. Produk ini digunakan dalam pembuatan susu bubuk dan makanan olahan.
6. Dextrose Monohydrate, adalah sakarida D-glukosa yang dimurnikan dan berbentuk kristal. D- glukosa memiliki rasa manis, berwarna putih, larut dalam air dan mudah dicerna dalam proses metabolisme tubuh maupun fermentasi dengan ragi. Bahan ini digunakan untuk pembuatan permen, roti dan makanan olahan.
7. Maltitol, hasil dari proses hidrogenasi maltose, banyak digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman bebas gula karena memiliki daya serap yang tinggi. Maltinol digunakan untuk membuat makanan dan minuman penderita diabetes, orang yang sedang menjalani diet dan untuk membuat makanan yang tidak merusak gigi
Sebagai bahan baku industri non pangan
a. Perekat
b. Pemutih Kertas
c. Campuran Bubur Kertas
d. Plastik Laminasi
e. Pakan Ternak
HASIL OLAHAN PANGAN BERBASIS SINGKONG
Memilih terigu menjadi alternatif pangan pokok, ternyata bukan pilihan yang dapat menyelesaikan masalah, tetapi terbukti menimbulkan masalah baru yang tidak kalah pelik. Saat ini industri yang berbahan baku terigu, baik industri besar maupun industri kecil, serta konsumen rumah tangga yang sudah tergantung terigu makin menjerit karena harga terigu yang terus melambung.
Sebagai subtitusi dari tepung terigu maka perlu dilakukan sosialisasi dalam penggunaan bahan pangan pengganti yang dapat bersaing dengan gandum sebagai bahan dasar pembuatan makanan. Tepung singkong atau tepung tapioka mempunyai potensi sebagai bahan pengganti karena kemudahan dalam penanaman bahan baku, pengolahan serta harga yang relatif murah
Ekspor singkong Indonesia dalam bentuk gaplek (keratan ubi singkong yang dikeringkan), tepung gaplek, ataupun tepung tapioka cukup meyakinkan dan dapat bersaing, seperti gaplek Indonesia yang sangat terkenal di mancanegara, terutama di Uni Eropa, selain itu singkong dapat diolah menjadi Tepung, Gula tepung dan Gula Cair ( Fruktosa & Glukosa ), Cassava Chips dll.
HASIL OLAHAN SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL
Dua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yakni:
- faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai, harga; dan fluktuasinya), serta
- faktor polusi bahan bakar fosil yang merugikan lingkungan hidup, mau tidak mau memaksa umat manusia untuk memikirkan alternatif energi yang lebih terjamin pengadaannya serta ramah terhadap lingkungan.
Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus. Dari sisi teknik pembangkitan daya dan emisi gas buang, ethanol (dalam bentuk murni ataupun campuran) relatif superior terhadap gasolin.
Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari Brazil dalam implementasi bioethanol, yakni:
- Perlunya diversifikasi sumber ethanol untuk menghindari penurunan kualitas tanah secara radikal
- Implementasi bahan bakar bioethanol lebih baik dimulai dari pencampuran gasoline + ethanol, bukan dari penggunaan bioethanol 100%. Hal tersebut akan menjamin transisi ke arah bioenergy secara lebih mulus sambil menyiapkan secara lebih matang seandainya era penggunaan bioethanol 100% dipandang sudah tiba
- Perlunya kerjasama yang erat dengan pihak industri otomotif untuk menyediakan kendaraan yang optimal bagi implementasi bahan bakar gasoline + ethanol
- Perlu sinergi antar instansi serta antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penyediaan bahan baku, pemrosesan, serta distribusi bahan bakar bioethanol.
- Penggunaan bahan bakar ethanol (murni ataupun campuran dengan gasolin) diperhitungkan telah menekan emisi CO2 di Brazil dari tahun 1995-2010 sebesar 293 ton (hipotesis rendah) hingga 461 ton (hipotesis tinggi). Ini berarti emisi CO2 tahunan yang bisa dikurangi di Brazil adalah sekitar 12% bila menggunakan hipotesis tinggi (Riberio dkk, 1997).
Sumber etanol tidak hanya berasal dari tebu dan singkong melainkan juga bisa didapatkan dari jagung, ubi jalar, sorgum, sweet sorgum, kentang, beet dan juga padi dengan efisiensi etanol yang tertinggi berasal dari jagung yang jumlahnya mencapai 400 liter per 1000 kilogram. Diikuti tetes tebu yang mencapai 250 liter per 1000 kilogramnya dan ubi kayu sejumlah 166,6 liter per kilogramnya.
Namun, bila diimplementasikan dari hasil panen masing-masing jenis tanaman maka tanaman yang menghasilkan etanol dengan produktivitas tertinggi adalah tebu disusul dengan ubi kayu.
DATA – DATA TENTANG SUMBER BAHAN BAKU
BIO ENERGI YANG TERDAPAT DI INDONESIA
1 TON BAHAN BAKU | KANDUNGAN GULA (KG) | JUMLAH HASIL BIOETHANOL (LITER) | RENDEMEN |
Ubi jalar | 150-200 | 125 | 12,5 % |
Ubi kayu | 250-300 | 166,6 | 16 % |
Jagung | 600-700 | 400 | 40 % |
Sagu | 120-160 | 90 | 9 % |
Tetes Tebu | 500 | 250 | 40 % |
| JENIS TUMBUHAN | PRODUKSI MINYAK (LITER PER HA) | ENERGI (KWH PER HA) | |
| Elaeis guineensis (kelapa sawit) | 3.600-4.000 | 33.900-37.700 | |
| Jatropha curcas (jarak pagar) | 2.100-2.800 | 19.800-26.400 | |
| Aleurites fordii (biji kemiri) | 1.800-2.700 | 17.000-25.500 | |
| Saccharum officinarum (tebu) | 2.450 | 16.000 | |
| Ricinus communis (jarak kepyar) | 1.200-2.000 | 11.300-18.900 | |
| Manihot esculenta (ubi kayu) | 1.020 – 3000* | 6.600 – 20.000 * | |
| | | | | | | |
*dengan penggunaan bibit unggul
II. TEKNOLOGI PERTANIAN
Dengan semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan produk berbasis singkong maka permintaan dan kebutuhan akan bibit juga semakin meningkat, hal ini menyebabkan berbagai Institusi Penelitian dan Pengembangan dalam bidang Agrikultur terus menerima permintaan baik dalam bentuk bibit maupun sekedar referensi dan makalah penelitian.
Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan dan untuk industri.
Varietas untuk pangan adalah
· Adira 1
· Malang 1
· Malang 2
· Darul Hidayah.
Sedangkan untuk ubi industri adalah
· Adira 2
· Adira 4
· Malang 4
· Malang 6
· UJ 5
· dan UJ 3.
*Singkong Mukibat tidak dimasukkan ke dalam varian tersendiri karena Singkong Mukibat sebenarnya hanyalah Singkong biasa dan Singkong Karet yang disambung menggunakan teknik okulasi.
Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN < 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6 gram per kilogram.
BIBIT TERBAIK SAAT INI
Pengembangan singkong Darul Hidayah adalah merupakan jawaban dari persoalan dan rendahnya produktivitas dimana untuk jenis singkong konvensional biasanya hanya menghasilkan 40 – 50 ton singkong segar per hektar, bahkan terkadang hanya mencapai 20 – 25 ton /ha lahan tanam. Sedangkan singkong Darul Hidayah setelah melalui berbagai uji tanam atau diketahui dapat menghasilkan singkong segar sebesar 100 – 150 ton/ha lahan tanam.
Dengan menanam singkong Varietas unggul dapat meningkatkan efisiensi :
1. Lahan
2. Bibit
3. Pupuk
4. Biaya garapan
5. Penyiangan rumput
6. Biaya panen
7. Biaya angkut
8. Biaya Operasional lain
TEKNIS DAN JENIS PEMUPUKAN
Produksi singkong di Indonesia dapat meningkat dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik (kompos) yang ditambahkan ke dalam tanah berfungsi sebagai sumber unsur hara dan memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah.
Organisme tanah memanfaatkan bahan organik itu sebagai sumber energi. Lalu melalui asam humiknya, organisme ini dapat mempertahankan struktur tanah, sehingga sifat fisik tanah seperti infiltrasi dan drainase baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu asam humik juga memegang peranan penting dalam menonaktifkan senyawa racun seperti Aluminium.
Singkong merupakan tanaman yang menurut hasil penelitian Kanapathy (1974) menunjukkan bahwa unsur hara yang keluar dari siklusnya di tanah sebagai akibat dari proses pemanenan pada tanaman singkong, lebih tinggi dibandingkan tanaman lahan kering lainnya seperti kelapa sawit, karet, dan jagung. Sehingga jika bagian tanaman lainnya selain umbi dikembalikan lagi ke tanah, maka unsur hara yang hilang sebenarnya jauh lebih kecil daripada tanaman seperti padi dan jagung. Apabila ampas dari proses pembuatan tepung juga dikembalikan, maka unsur hara yang hilang akibat proses produksi singkong ini sangat kecil.
Kurangnya pemberian bahan organik, dan tidak dikembalikannya sisa-sisa tanaman juga menyebabkan menurunnya aktivitas organisme tanah, dan menurunkan kemantapan struktur tanah sehingga tanah menjadi padat. Sebagai akibatnya, akar tanaman menjadi kurang berkembang. Terlebih lagi Al-dd menjadi sangat beracun dan menurunkan produktivitas.
Data dan Fakta diatas menunjukkan bahwa skema pemupukan yang disarankan adalah dengan menggunakan pupuk organik seperti kompos maupun kotoran hewan dan daun – daunan. Dengan perawatan tanaman sekaligus lahan dengan teknik organik diharapkan produktivitas tanaman akan tinggi karena kebutuhan nutrisi tanah terpenuhi sekaligus menjaga matinya tanah yang disebabkan oleh ‘terkikis’nya unsur hara oleh tanaman tersebut.
BERKEBUN SINGKONG SEBAGAI MATA PENCAHARIAN
Bahwa bertani singkong menguntungkan, banyak dialami petani di beberapa daerah di Jawa Barat, mulai dari Kabupaten Purwakarta, Subang, Sumedang, Tasik, Ciamis, Garut, sampai Sukabumi dan Cianjur. Mereka secara khusus menanam singkong sebagai mata pencaharian pada lahan budidaya khusus dengan luas antara 1-4 ha. Lahan umumnya terletak di lereng pegunungan berbatasan dengan lahan Kehutanan / Perhutani.
Bahkan seiring dengan meningkatnya harga secara stabil yang disebabkan oleh tingginya permintaan produk, terutama dalam bentuk gaplek, tepung gaplek dan tepung tapioka, menyebabkan semakin banyak petani berdasi yang saat ini mulai membudidayakan singkong dengan luas tanam di atas 50 ha, terutama di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Budidaya singkong juga dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah perkebunan. Berdasarkan pengalaman Pilot Project I yang dilakukan oleh bigcassava.com. di beberapa sentra singkong, setiap harinya seorang pengrajin mampu menghasilkan Chip singkong segar sebanyak 300 Kg, dengan upah sebesar Rp. 6.000 / 100 Kg. Dengan demikian seorang tenaga kerja chips yang bekerja dari jam 07.00 pagi s/d 13.00 siang akan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 18.000 per orang per hari, angka ini dinilai layak mengingat masih rendahnya UMR di daerah yang tingkat biaya hidupnya juga rendah
III. TEKNIK PENGOLAHAN
- GAPLEK
Gaplek dapat dikatakan adalah singkong dalam bentuk potongan kecil yang telah kering sehingga masih dapat diproses menjadi berbagai produk turunan Singkong. Metode produksinya sangat sederhana. Singkong segar hanya dikupas, dicuci, di cacah dengan panjang kurang dari 5cm agar mudah disimpan di Silo ( tempat penyimpanan ) dan dikeringkan atau dijemur. Proses ini mengurangi bobot sebanyak kurang lebih sebesar 20 % – 30 %.
Diproses secara intensif di negara Thailand, Malaysia dan Afrika , Gaplek atau dried cassava chips adalah komoditi yang terkenal di dunia sebagai pakan ternak dengan kadar karbohidrat tinggi.
- PELLET
Pellet dibuat dari umbi kering yang digiling dan dibentuk menjadi bentuk silinder dengan panjang sekitar 2 – 3 cm dan diameter sekitar 4 – 8 mm. biasanya sekitar 2 – 3 % dari berat umbi kering hilang selama proses ini, namun pellet mempunyai kelebihan dibanding Gaplek yaitu :
a. Kualitas lebih seragam
b. Menyita tempat lebih sedikit dibanding Gaplek sehingga mengurangi biaya transport dan penyimpanan.
c. Biasanya sampai di tempat tujuan pengiriman dalam bentuk utuh sementara sebagian dari Gaplek akan cenderung lembab dan rusak karena panas
- TEPUNG PATI SINGKONG
Pati adalah salah satu substansi penting di dunia yang dapat diperbaharui dan merupakan sumber daya yang tidak terbatas. Pati dihasilkan dari biji – bijian atau umbi akar. Sebagian besar dari Pati digunakan sebagai bahan pangan namun dengan berbagai proses fisika, kimia dan biologi dapat dikonversi menjadi beragam produk lain. Saat ini Pati digunakan sebagai bahan pangan, kertas, tekstil, perekat, minuman, farmasi dan bahan bangunan.
Singkong memiliki banyak karakteristik unggul sebagai bahan dasar Pati
· Tingkat kemurnian yang tinggi
· Karakter Pengental yang sangat baik
· Rasa yang Netral
· Tekstur
· Merupakan bahan mentah yang murah sekaligus mengandung kadar Pati yang tinggi
· Mudah diekstrak dengan proses yang mudah dibandingkan dengan sumber pati yang lain sehingga layak untuk diproduksi dengan skala kecil dan kapital yang terbatas
· Lebih diminati oleh industri perekat karena membuat perekat lebih cair, halus dan stabil
· Pasta yang Lebih jernih
Pati Murni ( Native Starch )
Pati murni diproduksi melalui proses pemisahan secara alamiah tanpa penambahan zat ataupun kimiawi lain. Pati murni dapat digunakan secara langsung dalam memproduksi beberapa jenis makanan seperti Mi.
Pati yang telah dimodifikasi ( Modified Starch )
Agar dapat digunakan untuk kebutuhan industri Pati Murni tadi diproses kembali mulai dari merubah pola granula sampai merubah bentuk dan komposisi dari amilase dan molekul amilopectin, merubah temperatur pasta, rasio kekentalan, ketahanan terhadap asam, panas dan atau agitasi mekanik hingga sifat ion. Modifikasi tersebut bertujuan untuk memenuhi standar tertentu agar sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan industri.
I. PRODUKSI TEPUNG PATI SINGKONG
Pada industri tepung tapioka, teknologi yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
a. tradisional yaitu industri pengolahan tapioka yang masih mengandalkan sinar matahari dan produksinya sangat tergantung pada musim,
b. semi modern yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin pengering (oven) dalam melakukan proses pengeringan
c. full otomate yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin dari proses awal sampai produk jadi. Industri tapioka yang menggunakan peralatan full otomate ini memiliki efisiensi tinggi, karena proses produksi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan menghasilkan tapioka berkualitas.
PROSES PRODUKSI TEPUNG PATI
1. Pengupasan
dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih singkong berkualitas tinggi dari singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi dan dijadikan pakan ternak.
2. Pencucian
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas singkong di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong.
3. Pemarutan
Pemarutan bertujuan untuk memecah singkong agar lebih mudah diproses lebih lanjut
4. Pemerasan/Ekstraksi
a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.
b. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa teknik
a. Penjemuran
Setelah endapan dikumpulkan, pati lalu dijemur di atas lembaran plastik atau tampah dari bambu untuk dijemur selama lebih kurang 48 jam hingga didapatkan MC ( moisture content ) = 14 %
Teknik ini membutuhkan luasan lahan untuk menjemur yang sangat luas karena menggunakan sinar matahari untuk mengeringkan Pati. Pada musim hujan penjemuran tidak mungkin dilakukan kecuali dibuat semacam ‘green house’ yang didayagunakan sebagai ‘oven’
b. Pengeringan Hibrida
Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur selama 1 hari lalu ditambah alat bantu misalnya oven atupun dengan cara mengalirkan udara panas ke area pengeringan indoor
c. Pengeringan Mekanis
Pengeringan dengan 100 % menggunakan mesin yang digerakkan oleh generator atau listrik
Dalam hal ini proses ekstrak pati singkong jauh lebih sederhana karena hanya sedikit sekali substansi sekunder seperti misalnya protein, pada singkong ditambah lagi hasil terbaik dalam ekstraksi Pati Singkong dapat dihasilkan hanya dengan tambahan air, hal ini membuat pengolahan singkong sebagai Pati dan Tepung sangat sesuai untuk negara berkembang dan industri rural
2. PROSES PENGOLAHAN SIRUP GLUKOSA
Teknologi pengolahan singkong menjadi gula cair dalam skala pedesaan telah tersedia. Teknologi ini bahkan dapat dioperasikan oleh kelompok tani dengan mudah. Bahan baku untuk pengolahan gula cair tersebut berasal dari tepung tapioka kering, bahkan dapat diolah dari pati yang basah sekalipun, setelah melalui proses enzimatis. Bioreaktor sederhana skala 100 liter mampu mengkonversi 40 kg pati basah (kadar air 40%) menjadi 21-25 kg gula cair dalam 3 hari proses. Semakin besar kapasitas peralatan, semakin ekonomis biaya produksinya.
Proses produksi Sirup Glukosa dapat dibagi menjadi beberapa bagian
· Likuifikasi
· Sakarifikasi
· Purifikasi ( Pemurnian )
Pati murni mengandung granula mikro yang mengandung struktur internal yang kompleks.Pada suhu kamar, granula tadi dapat larut dalam air. Namun jika dipanaskan hingga suhu 60 derajat celcius granula akan lumer dan RUPTURE ?. menghasilkan kenaikan viskositas ( kekentalan ) .
Pada kondisi yang disebut dengan gelatin ini Pati dapat diperoses oleh enzim amilase, pada prakteknya Pati Singkong melalui kedua proses ini dengan sangat cepat dengan menggunakan jenis amilase yang stabil dalam suhu tinggi. Proses ini disebut dengan Likuifikasi yang menghasilkan DEXTRIN yang akan diproses lebih lanjut
3. PENGOLAHAN ETHANOL
Ethanol diperoleh dari hasil fermentasi gula, selulosa atau hasil konversi pati. Diluar kegunaannya sebagai bahan pangan dan farmasi ethanol telah menjadi alternatif bagi pengembangan BioFuel di berbagai negara berkembang, antara lain karena :
- Tidak beracun
- Tidak menyebabkan polusi udara atau kerusakan lingkungan )*
- Tidak menghasilkan GHG ( Green House gas ) seperti karbon )*
- Mempunyai nilai oktan yang lebih tinggi daripada minyak fosil
- Bahan mentah yang baik untuk kimia sintetis
- Ethanol mengurangi ketergantungan negara akan minyak bumi dan sebagai pendapatan non-migas
)* NOTE : Deforestisasi akibat pembukaan lahan besar – besaran untuk menanam tanaman penghasil ethanol akan mengurangi penyerapan karbon, dan proses konversi yang tidak optimal seperti pada produksi skala rumahan akan menghasilkan Karbon dalam jumlah besar sehingga dapat dikatakan bahwa BioFuel BUKAN sebuah solusi bagi Global Warming & Global Climate Change.
LIMBAH
Pengolahan Singkong menjadi Pati ataupun produk turunannya dipastikan akan menghasilkan sisa produksi berupa limbah padat dan cair. Limbah berupa onggok ini masih dapat dimanfaatkan karena masih mengandung beberapa unsur nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan ternak.
I. Limbah padat seperti kulit singkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk, sedangkan onggok (ampas) dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku pada industri pembuatan saus, campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak.
II. Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang, selain itu limbah cair pengolahan tapioka dapat diolah menjadi minuman nata de cassava.
III. Daun singkong dapat juga digunakanan untuk fortifikasi limbah untuk pakan ternak karena daun singkong mengandung nilai protein yang cukup tinggi
IV. ANALISIS SWOT
-
- STRENGH
Tanaman singkong merupakan tanaman yang dapat dikatakan tidakmemerlukan perawatan khusus seperti halnya tanaman holtikultura lain seperti sayuran. Singkong juga tidak membutuhkan lahan khusus atau lahan yang spesifik bahkan singkong masih dapat tumbuh bahkandi daerah marginal walaupun dengan kompensasi produksi yang kurang maksimal
Kemudahan penanaman tadi juga didukung oleh kemudahan dalammemperoleh bibit, fleksibilitas dalam hal perawatan, pemupukan dan jenis lahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga hanya sebatas tenaga borongan, dalam artian tenaga kerja hanya dibutuhkan pada saat – saat tertentu seperti pada masa pengairan, pemupukan, penanaman dan panen. Hal ini tentu akan sangat menghemat biaya operasional
Bibit singkong jenis unggul saat ini sangat mudah didapatkan. Untuk jenis singkong sambung dapat dibeli di daerah lampung dan garut sedangkan untuk jenis darul hidayah dapat dibeli di daerah sukabumi.
Return on Investment ( ROI ) untuk usaha budidaya singkong juga sangat tinggi. Statistik mencatat secara rata – rata ROI ada diatas angka 100 %, dengan mempertimbangkan suku bunga kredit sebesar 20 % per tahun maka kemungkinan untuk menggunakan kredit perbankan pun terbuka lebar.
-
- WEAKNESS
Seperti yang telah diketahui, usaha agro kultur adalah usaha dimana return tidak dapat didapatkan dalam hitungan hari. Angka 1 tahun sebelum menikmati return adalah waktu yang sangat wajar terjadi di bidang agro kultur, namun angka ROI yang besar seharusnya dapat menutupi kelemahan dalam hal masa investasi.
Singkong juga merupakan tanaman yang lama – kelamaan akan mengikis unsur hara pada lahan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena ikut terangkatnya hara tanah pada saat panen. Solusi untuk hal ini telah melalui penelitian berbagai institusi terkemuka dan didapatkan kesimpulan bahwa pengembalian tanah yang turut terangkat bersama umbi adalah salah satu cara mempertahankan kekayaaan tanah disamping tentu perlunya teknik dan program pemupukan dalam kerangka jangka panjang. Sistem pertanian organik walaupun lebih memakan biaya, namun menurut penelitian mampu menjaga unsur nutrisi tanah sehingga tanah tetap dalam kondisi subur dalam jangka panjang.
Singkong segar merupakan barang yang mudah rusak sehingga dibutuhkan pengolahan awal seperti pemotongan ( chip ) dan pengeringan sebelum pengiriman ke pasar ( kecuali untuk kebutuhan pasar tradisional ).
-
- OPPORTUNITY
Kebutuhan pasar singkong yang selama ini didominasi oleh pabrikan tapioka sehingga menurunkan bargaining power petani singkong sudah berakhir dengan meluncurnya trend pengolahan biofuel berbahan dasar singkong yaitu ethanol. Perebutan bahan baku telah memicu kenaikan harga bahan baku di pasar singkong yang ditandai dengan kolapsnya beberapa pabrik pengolahan tapioka yang masih mempertahankan sistem purchasing gaya lama ( mempermainkan harga di tingkat petani) karena tidak mendapatkan suplai bahan baku. Kenaikan harga hingga 50 % dan minimnya pasokan singkong telah membuat komoditas ini mengalami apresiasi dan kestabilan harga.
-
- THREAT
Ancaman terbesar terhadap usaha budidaya dan agroindustri singkong terletak pada permainan harga di tingkat petani. Petani yang kurang mempunyai akses kepada informasi terkini tentang kondisi pasar tentu akan sangat mudah diprovokasi oleh tengkulak dan pengusaha.
Ancaman hama terutama adalah babi hutan dan tikus yang termasuk sulit untuk dikendalikan. Sedangkan hama penyakit dan serangga pada tanaman singkong relatif sedikit dan dapat diatasi dengan sedikit pemakaian insektisida.
Pemakaian sumur artesis ( bor ) juga dimaksudkan untuk mencegah residu pupuki kimia, pestisida dan herbisida yang berasal dari lahan sawah dan pertanian yang dewasa ini sangat boros dalam penggunaan pupuk dan pembasmi hama, biasanya banyak teraliri melalui saluran irigasi
V. KESIMPULAN
Singkong layak dijadikan komoditas Agro Industri
Dalam upaya penyediaan bahan baku untuk mengimbangi kebutuhan industri pengolahan, usaha yang perlu diperhatikan terutama adalah peningkatan produktivitas singkong dengan masukan teknologi budidaya yang tepat. Peningkatan produksi tanaman ubi kayu dapat dilakukan dengan pengusahaan secara perkebunan atau pengusahaan dalam skala besar dengan arah pengembangan di lahan-lahan marjinal dan teknologi yang dapat meningkatkan hasil per tanaman ubi kayu
Dengan teknik pengolahan yang sederhana dapat memenuhi kebutuhan dari hulu hingga hilir
Belum terpenuhinya kebutuhan pasar dan murahnya teknologi dalam produksi berbahan baku singkong seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai bidang usaha yang mampu menghidupi semua kalangan dari hulu hingga ke hilir. Fleksibilitas dan beragamnya produk turunan juga memungkinkan adanya persaingan yang sehat di kalangan petani dan produsen barang berbahan dasar singkong